Ekselen
MBCfPE
Tuesday, December 13, 2016
Assesor Preparation Course (APC) 2016 KPKU BUMN
Assesor Preparation Course (APC) 2016 KPKU BUMN
Untuk membangun keunggulan kinerja merupakan tuntutan utama bagi suatu perusahaan dalam pencapaian kinerja financial dan non financial terbaik pada tingkat nasional maupun regional sebelum menjadi world class company. Dengan adanya hal ini BUMN dan anak Perusahaan sebagai penguasa pasar Indonesia diharapkan mampu berperan maksimal dalam memicu pertumbuhan sektor riil dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainability growth).
Menindaklanjuti Surat Deputi Infrastruktur Bisnis Kementerian BUMN no S-445/D7.MBU/10/2016 tanggal 14 Oktober 2016 perihal Pelaksanaan Asesmen Implementasi KPKU BUMN Tahun 2016, telah diselenggarakan Assessor Preparation Course(APC) Seri V Tanggal 22-23 November 2016 di Gedung Mezzanine, Kantor Pusat PT. Pertamina (Persero), Jakarta Pusat yang diikuti oleh beberapa perusahaa BUMN dan anak Perusahaan.
Assessor Preparation Course KPKU BUMN merupakan kegiatan persiapan asesmen implementasi KPKU BUMN tahun 2016-2017 dengan tujuan :
1. Memberitahukan kebijakan penilaian dan problematika penilaian tahun sebelumnya.
2. Mempersempit gap penilaian antar asesor.
3. Meningkatkan kapabilitas asesor.
4. Kegiatan ini merupakan bagian dari Quality Assurance.
“Bagi yang tidak mengikuti Assesor Preparation Course, maka Forum Ekselen BUMN tidak dapat merekomendasikan asesor tersebut untuk melakukan asesmen implementasi KPKU BUMN Tahun 2016.”
Berikut disampaikan materi Assessor Preparation Course APC 2016, yang ditujukan kepada para assesor KPKU yang akan bertugas di tahun 2016-2017, semoga bermanfaat. Tksh dapat didownload melalui
Materi APC 2016 KPKU BUMN
Tuesday, November 17, 2015
Mengapa Baldrige?
Mengapa Memilih Kriteria
Baldrige.
Tulisan ini ditujukan bagi
siapapun yang berkeinginan untuk meningkatkan kinerja organisasinya, tetap
bertahan dan selangkah lebih maju dalam kompetisi, dan meningkatkan
efektivitas. Mari bergabung dengan puluhan ribu organisasi yang bergerak di
bidang bisnis, layanan kesehatan, pendidikan, pemerintahan, bahkan nirlaba yang
telah sukses menggunakan "Criteria for Performance Excellence"
(Kriteria Baldrige) sebagai Kerangka Kerja Manajemen Kinerja.
Sejauh ini telah banyak pilihan
yang tersedia bagi kita untuk meningkatkan dan mengelola kinerja organisasi.
Tentu tidak mudah untuk memilih mana yang cocok dengan organisasi kita, bukan?
Setidaknya ada lima alasan mengapa pendekatan dengan Kriteria Baldrige memiliki
kelebihan dibandingkan dengan yang lain.
1. Kriteria Baldrige menyediakan suatu kerangka
untuk upaya peningkatan kinerja tanpa bersifat "mendikte." Suatu
organisasi didorong untuk mengembangkan pendekatan yang kreatif dan fleksibel
selaras dengan kebutuhan organisasionalnya serta untuk menunjukkan hubungan
sebab-akibat antara pendekatan ini dengan hasil-hasilnya.
2. Kriteria Baldrige bersifat inklusif. Kriteria
Baldrige menjabarkan suatu kerangka pengelolaan yang terintegrasi yang
melingkupi seluruh aspek organisasi, operasi, dan hasilnya; tidak seperti
pendekatan lain tertuju hanya pada satu aspek, misalnya kepemimpinan saja,
perencanaan strategis saja, atau manajemen proses saja.
3. Kriteria Baldrige fokus pada persyaratan yang
bersifat umum, bukan sekedar pada prosedur, "tools", atau teknik.
Upaya peningkatan lainnya seperti penggunaan standar ISO, Six Sigma, atau yang
lainnya dapat diintegrasikan ke dalam sistem manajemen kinerja organisasi dan
disertakan sebagai bagian dari respons persyaratan Kriteria Baldrige.
4. Kriteria Baldrige "adaptable".
Maksudnya Kriteria ini dapat digunakan oleh organisasi bisnis baik besar maupun
kecil, pendidikan, layanan kesehatan, organisasi pemerintah, nirlaba, baik
hanya berada di satu lokasi maupun yang tersebar di seluruh dunia.
5. Kriteria Baldrige unggul dalam praktek manajemen
tervalidasi. Kriteria Baldrige diperbaiki secara reguler untuk meningkatkan
cakupan dari kinerja yang didorong strategi, menanggapi kebutuhan seluruh
stakeholder, dan mengakomodasi kebutuhan dan praktek organisasional yang
penting.
Organisasi manapun dapat
menggunakan Kriteria Baldrige dalam rangka menilai kinerja sekaligus
memperbaikinya. Tanpa memandang besar-kecil dan sifat organisasinya, Kriteria
Baldrige dapat membantu menyelaraskan sumber daya; meningkatkan komunikasi,
produktivitas, dan efektivitas; serta mencapai tujuan strategis.
Kriteria Baldrige dapat digunakan
dalam:
Mendidik suatu organisasi tentang
prinsip-prinsip keunggulan kinerja. Dengan menciptakan bahasa yang sama untuk
penilaian (assessment) dan peningkatan kinerja maka Kriteria Baldrige telah
membantu peningkatan komunikasi dalam organisasi tersebut.
Melaksanaan Self-Assessment, yang
dapat membantu mengidentifikasikan kekuatan (strength) dan peluang-peluang
untuk peningkatan (opportunities for improvement) dalam suatu organisasi serta
mengembangkan rencana tindakan(action plan) untuk peningkatan.
Mengikuti program
"Award" baik di tingkat Nasional ("Malcolm Baldrige National
Quality Award" di Amerika Serikat) maupun di tingkat regional. Setiap
peserta program semacam ini akan menerima laporan umpan balik (feedback
report)berdasarkan assessment yang dilakukan oleh panel para ahli yang terlatih
dan diakui.
Jika organisasi Anda baru akan
memulai atau sedang dalam perjalanan menuju keunggulan kinerja, gunakanlah
Kriteria Baldrige. Hubungi kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut untuk
pelatihan dan konsultasi. Lihat juga: Why Baldrige?Pengenalan Baldrige, Kriteria
Baldrige & MBNQA Kriteria Baldrige (www.lembayungcenterindonesia.com)
Wednesday, November 11, 2015
Integrated Management System
DESKRIPSI
Perusahan
yang mengimplementasikan berbagai Sistem Manajemen bertujuan untuk meningkatkan
keunggulan kinerjanya dalam situasi yang semakin kompetitif. Demikian juga halnya Perusahaan yang telah menerapkan berbagai Sistem
Manajemen. Dalam mengimplementasikannya, terlebih Criteria for Performance Excellence dalam segala dimensinyanya (Processes
- Results), teridentifikasi masih banyaknya proses-proses yang belum
sistematis dalam pengelolaan organisasi.
Untuk menanggulanginya diperlukan
pengelolaan proses yang komprehensif.
Dalam hal ini Perusahaan harus merancang, mengimplementasikan, dan memperbaiki sistem manajemen
yang disebut Integrated Management System (Sistem Manajemen Terpadu).
Tuesday, November 10, 2015
INTELLIGENT RISKS
Peluang dimana potensi perolehan manfaatnya melebihi potensi mudarat atau kerugiannya bagi keberlanjutan organisasi bila kita tidak mengeksplorasinya. Mengambil intelligent risks memerlukan toleransi atas kegagalan dan ekspektasi bahwa inovasi tidak tercapai dengan hanya menginisiasi upaya keberhasilan. Di luar itu, organisasi harus menginvestasikan potensi sukses sambil menyadari bahwa ada kemungkinan untuk gagal.
Derajat risiko yang “intelligent” yang diambil akan bervariasi sesuai dengan kecepatan dan ancaman serta peluang dalam industri. Dalam industri yang cepat berubah dengan konstan dalam hal pengenalan produk baru, proses, atau model bisnis, merupakan kebutuhan yang nyata untuk menginvestasikan lebih banyak lagi sumber daya dalam intelligent risks dibandingkan dalam industri yang stabil. Di situasi industri yang stabil, organisasi memantau dan mengksplorasi potensi pertumbuhan dan perubahan – namun biasanya kurang komitmen yang signifikan atas penyediaan sumber daya. daftar istilah kunci (www.baldrige21)
Penulis mengilustrasikan seperti terdapat dalam tulisan “Are
You Lighting Fires or Getting Burned?”, risiko diumpamakan sebagai “nyala api” seandainya Anda takut kebakaran
karenanya (menghindari api), maka
sesungguhnya yang terjadi adalah Anda akan tinggal dirumah dengan mandi air
dingin, makan dengan makanan yang dingin, bahkan bisa jadi nyawa Anda terancam
ketika datang musim dingin. Demikian halnya perusahaan, kebanyakan perusahaan
lebih memilih menghindari risiko dengan anggapan akan terhindar dari kerugian
yang besar.
Pertanyaan kemudian adalah, ternyata ada orang yang mampu
mengelola api dengan efektif sehingga mereka sehari-hari makan dengan makanan
yang hangat, tinggal dirumah yang hangat ketika musim dingin dan
……………..nyatanya rumah mereka tidak kebakaran.
Analogi yang sama perumpamaan diatas dengan perusahaan.
Perusahaan yang “cerdas mengambil risiko” adalah perusahaan yang tidak
sembarangan melakukan pengambilan risiko secara bodoh (maaf) atau menjadi
pemberani yang tanpa perhitungan. Perusahaan yang mengeloloa risiko secara
cerdas akan selalu menghitung “skala risiko”
dan mengambilnya sebagai bagian dari uapaya kunci menjaga kelangsungan
usaha. (kinerjaunggul.com)
POTENSIAL BLIND SPOT DALAM PERENCANAAN STRATEGIS PERUSAHAAN (Strategic Planning)
Dua hal yang sering kita temukan
terkait memaknai kata blind spot adalah:
·
Blind
spot vision disebut skotoma, yaitu merupakan area pada retina tanpa reseptor
untuk dapat merespon cahaya. Blind spot dalam hal ini adalah sebuah daerah kecil
tanpa kemampuan penglihatan.
·
Blind
spot vehicle yaitu daerah disekitar
kendaraan (mobil) yang tidak terlihat atau tidak dapat diamati secara langsung
oleh pengemudi, sementara hal itu penting atau diperlukan untuk mengontrol
posisi dan laju kendaraan.
Bagaimana blind spot terkait perencanaan?
1. Memiliki arti yang sama yaitu
keterbatasan penglihatan, maka blind spot perencanaan adalah keterbatasan yang
dimiliki perusahaan untuk mampu melihat
kondisi diluar perusahaan yang memiliki pengaruh penting (menjadi
masukan) yang harus diperhatikan dalam merencanakan
2. Analogi yang sama dengan pengendara,
maka bagi pengendara semakin luas penglihatan semakin baik karena sangat
penting untuk menjamin keamanan mengendara. Demikian halnya dalam perencanaan, maka
semakin lengkap dan luas informasi eksternal yang diperoleh perusahaan akan
semakin baik hasil perencanaannya.
3. Sama halnya dengan kendaraan yang
menggunakan kaca spion untuk mengatasi keterbatasan penglihatan (kemampuan
untuk melihat kondisi sisi samping belakang pengendara), maka perusahaan butuh
“alat” atau “cara” agar mampu mengatasi ketidaktahuan informasi yang diperlukan
untuk perencanaan.
Contoh ketidaktahuan atau keterbatasan
penglihatan perusahaan adalah :
·
Perubahan
life style pelanggan, perubahan cara pelanggan dalam memutuskan pembelian?
·
Perubahan
teknologi yang cepat?
·
Regulasi
yang tidak jelas?
·
Iklim/cuaca
yang tidak menentu?, dll
Untuk mengatasinya, maka perusahaan
membutuhkan “alat” atau “cara”,
contohnya adalah :
·
Melakukan
segemntasi yang lebih “dalam” (micro segment) dan melakukan survey untuk
mengetahui keinginan dan harapan pelanggannya yang lebih spesifik
·
Mengikuti
pelatihan, seminar, pameran atau mendatangkan pakar untuk memberikan update
teknologi
·
Mengikuti
jurnal, berita, terlibat dalam forum, pelatihan, seminar atau mendatangkan
pembicara (regulator) untuk memberikan informasi terkait regulasi dan rencana
perubahannya
·
Memantau
ramalan cuaca secara kontinyu berikut analisa pakar yang menjelaskan untuk
dapat mengantisipasi perubahan iklim/cuaca.
·
Dll
Menarik apa
yang ditulis oleh Amber Singleton Riviere, DEC. 16, 2010 (www.gigaom.com),
bahwa 3 area
blindspot yang dimiliki oleh sebagaian
besar perusahaan (kecil – sedang), yaitu :
a. Mudah menyerah atau gampang untuk
angkat tangan
b. Tidak konsisten dan tidak tekun
mempromosikan bisnisnya
c. Merasa semua dapat dikerjakan sendiri
(kinerjaunggul.com)
Assessor KPKU Holding Perkebunan
Dalam Rangka pelaksanaan Assesmen Implementasi KPKU Holding
Perkebunan dan Tindak Lanjut OFI tahun 2014 yang akan dilaksanakan pada bulan
November s/d Desember 2015 dengan mengacu pada buku KPKU BUMN tahun 2015 yang
mengadopsi kriteria Malcolm Baldrige
Criteria for Performance Excelence (MBCfPE). Holding Perkebunan telah
menyelenggarakan Pelatihan Assesor Kriteria Penilaian Kinerja Inggul (KPKU)
BUMN Tahun 2015 untuk pertama kalinya sebanyak 3 gelombang, gelombang pertama
diselenggarakan di Medan, gelombang kedua diselenggarakan di Puncak Bogor dan
gelombang ketiga diselenggarakan di Surabaya, PTPN VII masuk pada gelombang kedua
yang bertempat di Ruang pertemuan Mess Agrowisata Kebun Gunung Mas PTPN VIII
Puncak Bogor, pelatihan Assesor berlangsung selama 3 hari mulai tanggal 20
hingga 22 Oktober 2015 dan diikuti oleh 17 peserta yang terdiri dari 3 orang
(PTPN VII), 8 orang (PTPN VIII), 3 orang (PTPN IX) dan 3 orang (PTPN XIV), pukul
08.30 WIB telah dilaksanakan opening ceremony oleh Kabag SDM PTPN VIII Oce
Darmawan yang mewakili Direksi PTPN VIII selaku tuan rumah. Kegiatan ini
dilakukan guna mendukung amanat dari Kementrian BUMN dan perwujudan cita-cita
Kementrian BUMN melalui Holding Perkebunan untuk membawa Perusahaan Perkebunan
menjadi perusahaan kelas dunia World
Class Company dengan membangun kinerja BUMN yang baik dan terukur yang
masuk kedalam Key Performance Indicator
(KPI) Perusahaan.
Bertindak sebagai narasumber pelatihan yang siap Sharing & Transfer Knowledge, yakni Tio Handoko dan David Sihombing (PTPN III
Persero), “ Landasan atau dasar hukum dari penerapan KPKU akan diperkuat agar
KPKU dapat menjadi pegangan dalam membantu Manajemen untuk menemu kenali
perusahaan pada semua proses kegiatan”, pesan Tio, sebelum memulai Pelatihan
Assesor KPKU tersebut. (@ditya)
Subscribe to:
Posts (Atom)